PENERAPAN BALANCED SCORECARD
PADA LEMBAGA
PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sistem manajemen
strategis adalah proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi untuk
mewujudkan visi secara terus menerus secara terstruktur. Strategi adalah pola
tindakan terpilih untuk mencapai tujuan tertentu. Pada mulanya, sistem
manajemen strategis bercirikan: mengandalkan anggaran tahunan, berjangka
panjang dan berfokus pada kinerja keuangan. Penerapan sistem manajemen strategis
yang demikian di banyak lembaga pendidikan swasta mengalami kegagalan. Hal itu terjadi karena beberapa
hal
Namun, sistem manajemen strategis tetap diperlukan karena
lembaga pendidikan dituntut untuk berkembang secara terencana dan terukur,
sehingga memerlukan peta perjalanan menghadapi masa depan yang tidak pasti,
memerlukan langkah-langkah strategis, dan perlu mengarahkan kemampuan dan
komitmen SDM untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan. Balanced
scorecard yang dikembangkan oleh Norton dan Kaplan memberikan solusi
terhadap tuntutan ini. Peran balanced scorecard dalam sistem
manajemen strategis adalah: memperluas perspektif dalam setiap tahap sistem
manajemen strategis, membuat fokus manajemen menjadi seimbang, mengaitkan
berbagai sasaran secara koheren, dan mengukur kinerja secara kuantitatif.
Penggunaan balanced
scorecard dalam konteks perusahan swasta ditujukan untuk menghasilkan
proses yang produktif dan cost effective, menghasilkan financial
return yang berlipat ganda dan berjangka panjang, mengembangkan sumber
daya manusia yang produktif dan berkomitmen, mewujudkan produk dan jasa yang
mampu menghasilkan value terbaik bagi customer/pengamat.
Balanced scorecard diyakini dapat mengubah strategi menjadi
tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat lembaga pendidikan, mendorong
terjadinya komunikasi yang lebih baik antar pendidik dan manajemen,
meningkatkan mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan
dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena
dengan balanced scorecard, lembaga pendidikan lebih transparan,
informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran lembaga pendidikan
dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk lembaga
pendidikan dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya
perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang
diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Kelebihan sistem
manajemen strategis berbasis balanced scorecard dibandingkan
konsep manajemen yang lain adalah bahwa ia menunjukkan indikator outcome dan output yang
jelas, indikator internal dan eksternal, indikator keuangan dan non-keuangan,
dan indikator sebab dan akibat. balanced scorecard paling
tepat disusun pada saat-saat tertentu, misalnya ketika ada merjer atau
akuisisi, ketika ada tekanan dari pemegang saham, ketika akan melaksanakan
strategi besar dan ketika lembaga pendidikan berubah haluan atau akan mendorong
proses perubahan. Balanced scorecard juga diterapkan dalam situasi-situasi yang
rutin, antara lain: pada saat menyusun rencana alokasi anggaran, menyusun
manajemen kinerja, melakukan sosialisasi terhadap kebijakan baru, memperoleh
umpan balik, meningkatkan kapasitas staf.
B.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam makalh ini
adalah “Bagaimanakah penerapan balanced
scorecard pada lembaga pendidikan?”
BAB II
KAJIAN TEORETIS
Kemunculan
gagasan balanced scorecard berawal dari temuan riset Kaplan
dan Norton (dari Harvard Business School) pada awal tahun 1990an. Konsep
awal balanced scorecard berdasarkan riset tersebut ditulis
pada tahun 1992 di majalah prestisius Harvard Business Review. Pada
tahun 1996 Norton dan Kaplan menerbitkan buku The Balanced Scorecard –
Translating Strategy into Action, berdasarkan pengalaman mereka dalam
menerapkan balanced scorecard pada banyak lembaga pendidikan
di Amerika. Buku ini semakin mempopulerkan balanced scorecard,
sampai ke negara-negara di Eropa, Australia dan Asia. Belum lama ini mereka
menerbitkan buku The Strategy Focused Organisation – How BSC Companies
Thrive in the New Business Environment (2001). Para penemu dan
rekan-rekannya membangun sebuah lembaga Balanced Scorecard
Collaboration untuk mempopulerkan penggunaan balanced
scorecard pada berbagai institusi di berbagai negara. Secara teratur
Norton dan Kaplan menyelenggarakan konferensi di berbagai negara untuk
memperkenalkan dan membahas konsep-konsep terbaru mereka. Disayangkan Indonesia
sampai saat ini belum mampu menghadirkan pencetus ide balanced
scorecard ini, namun kursus-kursus dan buku-buku mengenai balanced
scorecard sudah ada, walau masih bersifat terbatas.
Balanced
scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola
implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh, mengkomunikasikan visi,
strategi dan sasaran kepada stakeholders. Kata balanced dalam balanced
scorecard merujuk pada konsep keseimbangan antara berbagai perspektif,
jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup perhatian (intern dan ekstern).
Kata scorecard mengacu pada rencana kinerja lembaga pendidikan
dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif.
Balanced scorecard memberi
manfaat bagi lembaga pendidikan dalam beberapa cara:
1. menjelaskan visi lembaga pendidikan
2. menyelaraskan lembaga pendidikan untuk mencapai visi
itu
3. mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi
sumber daya
4. meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan
informasi yang tepat untuk mengarahkan perubahan
Selanjutnya dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan
dan David Norton, mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama berikut:
1. menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced
scorecard ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang dapat
memahami
2. menghubungkan dan menyelaraskan lembaga pendidikan dengan strategi itu. Ini
untuk memberikan arah dari eksekutif kepada staf garis depan
3. membuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui kontribusi
setiap orang dalam implementasi strategis
4. membuat
strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajaran dan adaptasi lembaga pendidikan
dan
5. melaksanakan
agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasi perubahan.
BAB III
PENERAPAN
BALANCED SCORECARD
PADA
LEMBAGA PENDIDIKAN
Mengapa institusi pendidikan perlu mengadopsi balanced scorecard ? Pendidikan pada era sekarang ini, baik
pendidikan pusat, daerah maupun lokal diharapkan untuk menjadi: akuntabel,
kompetitif, ramah rakyat, dan berfokus pada kinerja. Lembaga pendidikan juga
ditantang untuk memenuhi harapan berbagai kelompok yaitu penerima layanan, pendidik,
lembaga pemberi pinjaman/hibah, dan masyarakat. Tuntutan ini mengharuskan lembaga
pendidikan untuk bertindak profesional sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan swasta. Lembaga pendidikan harus mempunyai sistem manajemen
strategis. Karena dunia eksternal adalah sangat tidak stabil, maka sistem
perencanaan harus mengendalikan ketidak-pastian yang ditemui. Lembaga
pendidikan, dengan demikian, harus berfokus strategi. Strategi ini lebih
bersifat hipotesis, suatu proses yang dinamis, dan merupakan pekerjaan setiap
staf. Lembaga pendidikan harus juga merasakan, mengadakan percobaan, belajar,
dan menyesuaikan dengan perkembangan.
Agar lembaga pendidikan dapat berfokus pada strategi
yang sudah dirumuskan, maka lembaga pendidikan juga harus menterjemahkan
strategi ke dalam terminologi operasional, menyelaraskan lembaga pendidikan
dengan strategi (dan bukan sebaliknya), memotivasi staf sehingga membuat
strategi merupakan tugas setiap orang, menggerakkan perubahan melalui
kepemimpinan eksekutif, dan membuat strategi sebagai suatu proses yang
berkesinambungan.
A. Contoh Penerapan
Berikut ini adalah konsep BSC untuk kota Charlotte
(AS).
Ada tujuh komponen dalam BSC
Kota Charlotte, yaitu: visi, tema strategis (atau area fokus), prinsip
strategis, perspektif, sasaran, kaitan, dan ukuran & target.
- Visi: Visi Kota Charlotte secara singkat adalah untuk
menjadi “pilihan masyarakat untuk hidup, bekerja dan berekreasi”.
- Tema strategis atau area fokus: Dewan Kota menetapkan lima tema strategis atau
area fokus sebagai strategi untuk mencapai visi kota: ketenteraman warga (community
safety), kemandirian kota (city-within-city), kemajuan ekonomi
(economic development), tranportasi (transportation) dan
mereformasi birokrasi (restructuring government).
- Prinsip strategis: Penerapan prinsip strategis adalah untuk
membantu memastikan bahwa kota Charlotte akan menjadi pilihan masyarakat.
Ada delapan prinsip strategis yang ditetapkan dan disebut Prinsip
Pertumbuhan Cerdas (Smart Growth Principles), yaitu:
a. Mempertahankan kapasitas perencanaan penggunaan lahan
b. Mengupayakan keputusan penggunaan lahan yang efektif
c. Memperkuat masyarakat melalui lingkungan yang sehat
d. Merancang kota untuk mendukung kehidupan yang harmonis
e. Melindungi lingkungan
f. Memperluas aneka pilihan transportasi
g. Menggunakan investasi publik sebagai katalisator untuk
mencapai hasil yang diinginkan
- Perspektif: Dengan penekanan pada "keseimbangan", balanced scorecard
Kota Charlotte menggunakan empat perspektif untuk
menjawab kebutuhan pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat.
- Perspektif
Pengamat: Melayani pengamat.
Manajer kota harus
mengetahui apakah pendidikan kota betul-betul memenuhi kebutuhan masyarakat.
Mereka harus menjawab pertanyaan: Apakah lembaga pendidikan menyediakan apa
yang diinginkan oleh masyarakat?
- Perspektif
Proses Internal: Menyediakan pelayanan secara kompetitif.
Manajer kota harus
berfokus pada tugas penting yang memungkinkan mereka untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Manajer kota harus menjawab pertanyaan: Dapatkah
pendidikan kota meningkatkan pelayanan dengan mengubah cara pelayanan itu
disampaikan?
- Perspektif
Keuangan:
Mengelola anggaran secara akuntabel.
Manajer kota harus
berfokus pada bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelayanan secara efisien.
Mereka harus menjawab pertanyaan: Apakah pelayanan yang diberikan telah
dilaksanakan dengan biaya yang rendah?
- Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan: Mengembangkan kapasitas pendidik.
Kemampuan lembaga
pendidikan untuk meningkatkan dan memenuhi permintaan masyarakat terkait secara
langsung dengan kemampuan pendidik untuk memenuhi permintaan itu. Pendidikan
kota harus menjawab pertanyaan: Apakah pendidikan kota menggunakan teknologi
yang sesuai dan melakukan pelatihan pendidik untuk kemajuan yang berlanjut?
- Sasaran
Kota Charlotte
memilih 16 sasaran lembaga pendidikan untuk scorecard lembaga pendidikannya. Setiap
sasaran lembaga pendidikan secara garis besar digambarkan sedemikian sehingga
ia memberikan konteks untuk mencapai apa lembaga pendidikan itu dibentuk.
Hubungan antara lima area fokus, empat perspektif dan 16 sasaran lembaga
pendidikan merupakan panduan bagi setiap unit dan pendidik dalam melaksanakan
kegiatannya.
- Kaitan
Sasaran yang
strategis harus saling dihubungkan dalam suatu hubungan sebab-akibat. Misalnya,
jika suatu lembaga pendidikan memberikan pendidik dengan pelatihan yang perlu
untuk “Mempromosikan Pembelajaran & Pertumbuhan”, maka lembaga pendidikan
itu akan dapat “Menyampaikan Pelayanan secara Kompetitif”. Ini akan
mempengaruhi kemampuan lembaga pendidikan itu untuk “Meningkatkan Pelayanan
bagi Masyarakat” yang pada akhirnya “Menyediakan Aneka Pilihan Pelayanan”.
- Ukuran & Target
Untuk setiap sasaran
strategis, ada satu set ukuran dan target strategis. Ini dijabarkan dalam
rencana strategis untuk setiap area fokus.
B. Penerapan di Berbagai Lembaga pendidikan
Balanced scorecard sudah diterapkan di
banyak lembaga pendidikan, baik pada tingkat pusat maupun daerah. Di AS
instansi Federal yang menggunakan balanced
scorecard antara lain adalah
Department of Agriculture, Natural Resource Conservation, Forrest Service,
Department of Commerce, Fish & Wildlife Service, Bureau of Reclamation,
Environmental Protection Agency, Council on Environmental Quality. Sedang
negara bagian yang sudah menerapkan balanced
scorecard diantaranya Alaska,
Oregon, Washington, California, Idaho, Montana. Pada tingkat lokal, setingkat
kecamatan di Indonesia, balanced
scorecard sudah dipergunakan
di 39 Counties, 277 Cities, 44 Sewer Districts, 125 Water Districts, 36
Irrigation Districts, 32 Public Utility Districts, 14 Port Districts, 48
Conservation Districts, dan 170 Municipal Water Suppliers.
BAB
IV
PENUTUP
Balanced
Scorecard adalah
sebuah cara pandang baru bagaimana suatu lembaga pendidikan akan dapat lebih
baik lagi dikelola. Balanced
scorecard merupakan bagian
dari sistem manajemen strategis, yang perlu dirumuskan oleh setiap lembaga
pendidikan, agar dapat mencapai visi dan misinya secara efektif. Balanced scorecard memberikan prosedur bagaimana tujuan
lembaga pendidikan dirinci ke dalam sasaran-sasaran dalam berbagai perspektif secara
lengkap, dengan ukuran-ukuran yang jelas.Balanced scorecard merupakan mekanisme untuk membuat
lembaga pendidikan berfokus pada strategi, karena penerapan balanced scorecard memungkinkan semua unit dalam lembaga
pendidikan memberikan kontribusi secara terukur pada pelaksanan strategi
lembaga pendidikan.
Balanced
scorecard seyogyanya
dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan untuk mempertajam perannya dalam
menjalankan fungsi-fungsi pendidikanan, sehingga membedakannya dengan lembaga
pendidikan lain. Tugas pengawasan oleh DPR terhadap pendidikan akan dipermudah
jika instansi pendidikan memiliki strategi berbasis balanced scorecard. Perumusan balanced scorecard bukan suatu
pekerjaan sekali jadi, melainkan tugas yang terus menerus, dengan setiap
saat ada proses penyempurnaan dan yang terpenting adalah ia dimanfaatkan
untuk mencapai visi dan misi lembaga pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Gaspersz, Vincent. 2003. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi:
Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi.
2001. Balanced Scorecard. Jakarta: Salemba Empat
Widjaja Tunggal,
Amin. 2002. Memahami Konsep Balanced Scorecard. Jakarta: Harvarindo
menggunakan.html